Tari Beksan Wireng
Pengertian
Tari Beksan Wireng
Beksan Wireng
sendiri berasal dari kata Wira (perwira) dan ‘Aeng’ yakni prajurit yang unggul.
Yang merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kasutanan
Surakarta atau Solo. Yang dibawakan oleh dua orang penari laki-laki yang
berpasangan yang merupakan contoh tari berpasangan.
Tarian ini
hanya menceritakan olah keprajuritan dan tidak mempunyai cerita tertentu.
Tarian ini diciptakan oleh Prabu Amiluhur dengan tujuan agar sang putra beliau
aktif dalam mengolah keprajuritan dengan memanfaatkan persenjataan perang serta
cinta kepada negeri. Dalam menari penari membawa sebuah tombak dan tameng yang
mencerminkan gagah dan perkasa seperti seni bangunan Indonesia.
Tari Beksan
Wireng yang terdapat di beberapa karya sastra
Beksan Wireng
dalam Serat Sastrawiruda
Serat
Sastrawiruda merupakan karya sastra jawa berhuruf Jawa yang diterjemahkan oleh
Kamajaya, yang berisikan wawancara Kanjeng Pangeran Arya Kusumadilaga (seorang
dalang yang ahli dalam wayang pura) dan muridnya yang bernama Mas Sastramiruda.
Tarian ini menitik beratkan pada keterampilan dalam memainkan keris dan
andhadap (menari dan memegang perisai) diiringi oleh Gamelan Slendro.
Beksan
Wireng dalam Weddataya
Di dalam
serat Weddataya (10 November 1923), hasil cipta pakepalan (kelompok) di
Surakarta, yang isinya ialah struktur tari (urutan sekaran atau gerakan), nama
gerakan dan juga maknanya.
Beksan Wireng
dalam Kridhwayangga
Asal mula
tari ini banyak yang mengaitkan kepada masa Kediri. Pada serat Chentini
dan Serat Kridhwayangga, Panji Inukertapati yang mempunyai gelar Prabu
Suryamisesa, namun di dalam Serat Centhini menyebutnya Suryawisesa. Dikenal
karena kemahiran dalam menari, suara merdunya saat bernyanyi, ahli dalam
gamelan, dan pandai ketika bercerita. Saat beliau memerintah di tahun 1145,
masyarakat mulai mempelajari dan memahami tari dan lagu.
Ciri-ciri
Tari Beksan Wireng
Dipertunjukkan
dengan dua pasangan laki-laki Wujud tarian samaDi dalam tarian tidak mengambil
cerita seperti tarian lainnya Gaya pakaian sama Tidak memakai lagu sampak atau
srepeg, hanya saja irama atau temponya kencang karena perangnya tanding Instrumennya
satu atau dua, dimana gendhing landrang lalu dilanjutkan gendhing ketawang Karena
ini hanya tarian maka tidak ada yang menang ataupun kalah dan mati Perkembangannya
Seiring
perkembangan waktu, tari ini dibagi menjadi enam jenis, yakni :
Panji Sepuh
Panju Anem
Dhadap
Kanoman
Jemparing
Ageng
Lhawung Ageng
Dhadap Kereta
Komentar
Posting Komentar